Chapter 04 : Royal Academy (Part 02)
Aku berlari
meninggalkan ruangan kepala sekolah dengan terburu-buru. Aku tidak menyangka
dapat mengatakan hal memalukan seperti itu dihadapannya.
(Uwaah... Apa
yang telah kukatakan!! Sangat memalukan!!)
Aku berhenti di
tengah lorong sambil mengatur kembali napasku. Setelah merasa tenang, aku mulai
berjalan menuju kelas.
“Apa yang sebenarnya ingin Haruto bicarakan
dengan Fia-sensei?”
Tanpa sadar aku
terus menggumamkan hal itu di sepanjang jalan.
― Apa Haruto menyukai perempuan seperti Fia-sensei?
Tapi, kalau tidak salah Fia-sensei itu berumur 17 tahun kan? Dan dengan wajah
secantik itu, tidak mungkin Haruto tidak tertarik dengannya.
Haruto baru
bertemu dengan Fia-sensei beberapa hari yang lalu. Seharusnya tidak ada hal
yang dapat mereka bicarakan bersama.
Ah! Mungkinkah
Haruto ingin membahas tentang ujian waktu itu!?
Setelah menang
melawan Fia-sensei, entah mengapa Haruto langsung diluluskan sebelum mengikuti
ujian pengukuran.
Memang benar
Haruto akan masuk «SSS-Class» jika ia
menang melawan Fia-sensei yang merupakan «SS-Class», namun aku tetap melakukan
ujian meski aku berhasil menang melawan penguji «A-Class»... Apa karena itu
adalah ujian untuk murid pindahan?
Oh iya, kalau kupikir
lagi... Bukankah sikap Fia-sensei saat bertemu dengan Haruto itu sedikit aneh?
Seakan-akan ia sudah mengenal..........
― Haruto-sama.
“!!!!!”
Tiba-tiba aku mengingat
perkataan Fia-sensei saat ia memanggil Haruto.
Tidak mungkin...
Jangan-jangan Fia-sensei sudah tau identitas asli dari Haruto!? Apa mungkin
orang tuaku yang memberitahunya? Tidak, itu tidak mungkin. Tapi, Fia-sensei
sudah mengetahui tentang pertunanganku, mungkin saja....
Aku merasa gelisah, jika
Haruto ingin melihat status miliknya... Apa yang akan tertulis di dalamnya?
Merasa tidak tenang denga
hal itu, aku mulai berbalik untuk kembali menuju ruang kepala sekolah.
“Oya... Bukankah ini
adalah «White Seal»?”
Langkahku terhenti
mendengar suara itu. Seluruh tubuhku bergetar dengan hebat dan keringat mulai
menetes di dahiku. Aku menoleh ke belakang, ke arah suara itu berasal.
“S-Selamat pagi...
Liliana.”
Orang itu adalah Liliana Keyle, seorang putri kerajaan dari
Kerajaan Requirement. Dia seumuran denganku dan berada di kelas yang sama.
Ia memiliki
tinggi yang sama denganku, rambut berwarna merah pendek sebahu, dan dada yang
berukuran sedang. Matanya yang berwarna merah itu sedang menatap dengan sinis
ke arahku.
“Hmph!! Pagi,
pecundang.”
Liliana mendengus
kemudian berbalik menuju kelas dan aku sempat melihat pengawal pribadinya
mengikuti dari belakang. Aku bernapas dengan lega ketika ia sudah pergi.
“Shirasaki-san?
Apa yang kamu lakukan di sini? Cepatlah masuk ke kelas.”
Lagi-lagi
terdengar suara di belakangku. Aku menoleh dan mendapati guru kelasku, Roxy
Vogard.
“Seamat pagi,
guru....”
“Selamat pagi.
Sekarang cepatlah ke kelas, pelajaran akan segera dimulai.”
Sejujurnya aku
ingin kembali ke ruang kepala sekolah, namun aku memilih untuk menuruti perkataan
Roxy-sensei.
“Baik, guru.”
**********
“Lama sekali,
Haruto....”
Pelajaran sudah
dimulai namun Haruto sama sekali belum kembali dari tempat itu dan itu
membuatku merasa sedikit cemas. Aku sempat berpikir untuk meninggalkan kelas,
namun aku terlalu takut untuk itu.
“Baiklah...
Cukup sampai di sini pelajarannya. Selanjutnya adalah kelas praktek, kalian
semua bersiaplah menuju arena sekolah.”
Pelajaran
berakhir dan kelas praktek akan segera dimulai. Aku segera beranjak dari
kursiku dan berjalan keluar kelas. Namun, seseorang telah menghadangku di depan pintu.
“Hei….”
Orang itu adalah Sophia Antinous, seorang putri dari
Kerajaan Judiciary. Ia memiliki tinggi 169 cm, rambut panjang berwarna pirang,
mata berwarna biru, dan berdada kecil.
“A-Ada apa?”
“Kau akan membantuku, ‘kan?”
― Aku sangat menolaknya…
Atau itulah apa yang ingin kukatakan, namun sama sekali tidak bisa kulakukan.
“A-Apa yang
harus kulakukan?”
“Seperti biasa.
Kau hanya perlu diam dan menerima seranganku.”
Dia mengatakan
hal itu sambil menatapku dengan sinis. Senyumannya itu sungguh membuatku merasa
jijik.
“Kau
menjijikan.”
Eh?
Kalimat itu
terucap begitu saja dari mulutku. Kulihat wajahnya yang kaget mendengar
perkataan itu, aku sendiri terkejut dengan hal yang baru saja terjadi.
“K-K-Kau!!!
Seorang peringkat 5 berani menentangku yang merupakan peringkat 3!!? Jangan
sombong kau, dasar budak!!!!!”
― Dia mengatakannya!!! DIA MENGATAKANNYA!!! DIA
MENGATAKANNYA!!!
Aku tidak bisa
menahannya lagi, meskipun aku merasa takut dengannya namun amarah dalam diriku
sudah tidak dapat ditahan lagi.
“Kalau begitu,
bagaimana kalau kita buktikan? Siapakah yang lebih kuat di antara kita? Siapa
yang lebih berhak untuk berada di peringkat atas?”
“Boleh saja..
Ayo kita buktikan!! Akan kupastikan sampah sepertimu tidak bisa melihat dunia
di keeesokan hari!!!”
― Apa dia akan membunuhku? Memang benar, jika itu
adalah diriku yang duu mungkin aku akan mati, namun sekarang berbeda... Karena
saat ini.....
“Ayo kita
buktikan di arena... Siapa yang lebiih kuat, «Yellow Storm».”
― Aku memiliki guru yang hebat!!!! Aku takkan
kalah!!!!
**********
“Baiklah,
pertandingan saat ini adalah pertandingan antara «S-Class», yaitu «White Seal» melawan «Yellow Storm» !!”
Suasana di
arena menjadi sangat ramai dengan adanya pertandingan kami. Roxy-sensei
mengumumkan hal itu sebagai seorang wasit.
“Oi oi.. «White Seal» ingin melawan «Yellow Storm»!? Yang benar
saja!?”
“«Yellow Storm»-sama!! Berhati-hatilah!!”
“Benar! Jangan
sampai «White Seal» mengutukmu!!”
“Jangan sampai
terkena kutukan itu!!!”
Semua orang
menyemangati Sophia, dan tentu saja tidak ada yang mendukungku.
Mengapa
orang-orang menyebut kekuatanku ini sebagai kutukan? Tentu saja itu karena
kekuatanku ini digunakan hanya untuk menyegel kekuatan sihir. Di dunia ini,
seorang penyihir yang kehilangan kekuatan sihirnya sama saja dengan sebuah
kutukan dari Dewa. Lalu mengapa aku mempelajari sihir ini? Aku sendiri tidak
ingat dengan alasannya, namun aku selalu merasa kalau itu adalah sesuatu yang
hanya bisa kulakukan.
“Apa kalian
berdua sudah siap?”
“Ya.” Jawabku
singkat.
“Tentu saja.”
Setelah kami
berdua siap, Roxy-sensei mulai menyiapkan aba-aba pada kami.
“Kalau begitu,
pertandingan dimulai!!!”
Para penonton
mulai bersorak kepada orang itu.
“Ah....”
Tepat setelah
pertandingan dimulai, aku menyadari sesuatau yang penting.
(Sihir apa yang
harus aku gunakan?)
― Jika aku memakai sihir yang kupelajari dari
Haruto, maka aku pasti akan dimarahi olehnya. Jadi apa yang harus kulakukan?
Hanya memakai pedang? Tidak, kemampuan berpedang Sophia sangatlah hebat, kurasa
akan sulit untuk mengimbanginya. Lalu apa yang harus kulakukan?
Menyadari aku
yang sedang terdiam, Sophia langsung melancarkan serangannya. Dia segera
menarik pedang dari pinggangnya lalu melaju ke arahku.
““Eh?””
Aku dan Sophia
sama-sama terkejut. Aku menyadari bahwa tanganku telah memegang pedang dan
menangkis serangannya. Aku sendiri bahkan sama sekali tidak ingat kapan aku mengeluarkannya!!
“Kuh..”
Sophia merasa
sedikit kesal kemudian mulai melempar sebuah sihir padaku.
― Oh
[Wind], Datanglah.. Penuhi
panggilanku dan hancurkan musuhku,
«Wind Prison»!!!
Seluruh arena mulai penuh dengan elemen angin yang ia buat
dan mulai menyerang ke arahku. Entah mengapa kejadian ini mirip dengan saat
Haruto melawan Fia-sensei, jadi aku pun ingin mencoba hal yang sama.
Karena aku tidak sehebat Haruto, aku memakai sihir angin
pada pedangku kemudian menebas
secara horizontal sambil berputar mengikuti gayanya.
Dalam sekejap
semua orang yang berada di arena terpental oleh serangan itu. Angin mulai
berhembus dengan kuat dan menerbangkan debu di dalam arena, namun tiba-tiba
semua itu menghilang dalam sekejap.
“Eh?”
Aku berbalik
dan melihat Haruto sedang berdiri di pinggir arena dan Fia-sensei berada di
sampingnya.
“Yang tadi itu
cukup mengesankan, Hatsumi....”
Entah mengapa
Haruto terlihat sangat marah.
“Jadi, apa yang
sebenarnya terjadi di sini?”
□□□
Share This :
0 Comments